Searching...
Minggu, 22 November 2015

Menjaga sensitivitas

Krisis perasaan yang ikhlas memang sering dirasakan sama kebanyakan pemuda saat ini, karena emang banyak yang terjebak ama perasaan semu yang sejenak kerasa enak di depan mata. Tapi padahal ibarat mawar, yang awalnya serasa indah namun bakal layu di akhir. Beda ama mutiara yang ditempa dulu, namun keindahannya abadi dan bgitulah filosofi perasaan dan harga diri atau izzah.

Karena qalb pada awalnya punya standarisasi yang sesuai dengan fitrah manusia, berupa nilai-nilai kebaikan. Namun karena sensivitasnya tidak terjaga terhadap hal-hal yang syubhat pada akhirnya tidak akan bisa melihat konteks dunia secara luas karena memang dapat dipastikan sisi kemanusiaannya telah tergadaikan dengan nafsu yang membelenggu.

Awalnya memang tidak terasa, karena memang standarisasi kebaikan di Indonesia mulai disalah artikan. Standar-standar yang dulu dipegang teguh mulai dikikis dengan faham sekularisme dan gaya hidup dimana kesuksesan hana diukur dengan matrialisme. Hingga akhirnya setiap individu mulai mengejar syahwat menjadi yang paling hebat, paling banyak materi yang dikumpulkan walaupun moralitas, apalagi nilai-nilai kejujuran harus digadaikan.

Inilah kondisi indonesia mayoritas saat ini, dimana para pemimpinnya mulai kehilangan sensitivitasnya terhadap memperjuanbkan rakyat karena aspek kepentingan matrialisme tadi, apalagi terhadap alam. Maka diperlukan segolongan orang yang tetap memegang teguh nilai-nilai kebaikan, segolongan kaum yang saling menasehati dalam kebaikan. Karena di bumi tidak ada super men, maka jadilah bagian dari superteam yang tetap menjaga hatinya dan sebagian lingkungan tercintanya agar tetap senstiv dan terpaut terhadap kebaikan bagi bangsa dan rakyatnya..

Amal sederhana yang dapat dilakukan seorang anak muda, adalah dengan menjaga harga dirinya agar tetap memiliki daya sensitivitas terhadap syahwat tetap terjaga. Karena di tengah krisisnya perasaan yang tulus dan ikhlas, tentunya yang abadi karena Allah. Maka adalah sebiah jihad besar melawan krisis lelaki yang benar-benar teruji dan bukan hanya sekedar jadi manusia kebanyakan pada umumnya, tunduk pada syahwat gan gaya hidup..

0 komentar:

Posting Komentar

 
Back to top!